Pergelaran musik simfoni ”Wayang in Symphony” akan digelar Orkes Simfoni Jakarta pada 24 November di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pergelaran yang merupakan kerja sama Yayasan Lontar dan Orkes Simfoni Jakarta ini menampilkan konduktor Yudianto Hinupurwadi dan komposer Joko ”Lemazh” Suprayitno. Memadukan wayang dengan simfoni bisa dibilang sebagai terobosan budaya menarik. Ada keberanian bereksperimen dan mungkin ini baru pertama digarap di Indonesia.
”Symphony poem”
Wayang in symphony mungkin merupakan
perpaduan kata yang belum pernah terdengar. Yudianto Hinupurwadi mengakui,
dalam praktiknya memadukan wayang dan simfoni sangatlah tidak mudah. Wayang
berasal dari akar budaya Jawa dengan dasar pentatonik. Di sisi lain, simfoni
berasal dari budaya Barat dengan dasar diatonik. Metrik tangga nada yang
berbeda. ”Akan tetapi, di situlah daya tarik sekaligus tantangannya,” kata Yudi
yang sejak 1986 menjadi konduktor Orkes Simfoni Jakarta (OSJ).
Gamelan Jawa yang sifatnya klenengan
dan ilustratif harus tampil solistik dimainkan oleh sebuah orkes simfoni
instrumen musik Barat yang biasa memainkan karya-karya Mozart, Beethoven, Bach,
dan lain sebagainya.
Yudi mengaku ini sebuah tantangan
berat. Bagaimana tidak, sebuah orkes simfoni yang diatonis harus ”menerjemahkan”
gending Jawa yang pentatonis. Maka, dicarilah cara atau jalan tengah, yaitu
bentuk symphony poem, puisi simfoni, yang lebih bebas, berbeda dengan bentuk
simfoni yang sudah tertentu aturannya.
Untuk lebih menjawakan orkes simfoni
tersebut, ditambahkan instrumen kendang Jawa serta tampilnya fungsi seperti
”dalang” yang akan bersuluk atau menarasikan situasi dalam cerita. Peran
seperti dalang itu dipegang oleh aktor/sutradara teater Jose Rizal Manua. Akan
tampil pula pesinden atau vokalis dalam karawitan Jawa.
Karya ini bersifat eksperimen karena
belum pernah ada yang mengerjakannya. Seperti halnya sebuah karya
eksperimental, kemungkinan timbulnya pro dan kontra tidak bisa dihindari.
Namun, satu hal yang perlu dicatat, pro dan kontra adalah isyarat adanya proses
apresiasi dari publik. Satu hal lagi, kalau tidak sekarang dimulai, kapan lagi
gagasan wayang in symphony itu diwujudkan—dan bukan sekadar diwacanakan.
”Wahyu Makutharama”
”Makutharama” mungkin sebuah judul
yang asing dalam pergelaran orkes simfoni yang biasanya memainkan karya
komponis dunia, seperti Mozart, Beethoven, Bach, dan sebagainya. Orkes Simfoni
Jakarta kali ini mementaskan komposisi berdasar gamelan Jawa untuk mengiringi
lakon wayang ”Wahyu Sri Makutharama”.
Gagasan lakon tersebut muncul dari
Kestity Pringgoharjono selaku Direktur Eksekutif Yayasan Lontar, yang kemudian
disambut dengan ”berani” oleh Neneng Rahardja, Presiden Direktur Orkes Simfoni
Jakarta. Lakon ”Wahyu Makutharama” bicara tentang kepemimpinan yang berani,
tegas, adil, bijak, dan bertanggung jawab.
Tersebutlah di Padepokan Kutorunggu,
Begawan Kesowosidhi yang merupakan jelmaan Sri Kresna. Kresna adalah titisan
Dewa Wisnu. Pemelihara dunia itu membeberkan makna Wahyu Makutharama kepada
yang ”terpilih”, yaitu Raden Arjuna. Dengan demikian, diharapkan anak-cucunya
akan mampu menjadi raja kerajaan Hastinapura. Untuk itu, mereka harus memiliki
sifat-sifat kepemimpinan seperti digambarkan delapan sifat alam: matahari,
bulan, bintang, langit, angin, air, api, dan bumi yang disebut Hasta Brata atau
delapan laku utama.
Hasta Brata akan menjadi dasar dari
penggarapan karya oleh Joko. Karya akan terdiri atas sepuluh bagian, yaitu
introduksi, watak matahari, watak bulan, watak bintang, watak angkasa, watak
angin, watak samudra, watak api, watak bumi, penutup.
Mendekatkan dua budaya
Seperti halnya Yudianto, Joko juga
mengaku mendapat tantangan berat dalam membuat komposisi. Pasalnya, ia belum
pernah membuat puisi simfoni atau symphony poem. ”Jadi, terus terang saya
mengalami kesulitan untuk menerjemahkan watak dan karakter Hasta Brata,” kata
Joko.
Tidak kalah sulit dan menantang bagi
Joko adalah menginterpretasikan musik gamelan ke dalam orkestra (musik Barat)
karena masing-masing mempunyai akar budaya yang berbeda. Akan tetapi,
sebenarnya ada fakta menarik di balik tantangan itu, yaitu Joko sudah mengenal
gamelan sejak kecil. Selain itu, ia juga mendapat pendidikan musik Barat dari
Sekolah Menengah Musik dan Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta.
Meski demikian, estetika dan cara
memperlakukan masing-masing sangatlah berbeda, antara lain pada durasi
pertunjukan dalam pergelaran wayang yang relatif panjang, sekitar tujuh jam.
Jika ditransfer apa adanya ke dalam orkestra mungkin akan menjadi membosankan
dan terasa kurang pas.
Begitu juga sebaliknya, dalam musik
gamelan tidak dikenal konduktor seperti dalam musik Barat. Dalam karawitan
biasanya yang menjadi panutan atau pengatur irama adalah kendang. Sementara
irama atau tempo dalam musik Barat sudah ditentukan terlebih dahulu oleh sang
komponis.
Ada beberapa jenis gending yang bisa
diterjemahkan ke dalam orkestra, seperti lancaran, ketawang, dan sampak. Joko
berusaha memasukkan irama tersebut ke dalam orkestra meskipun tidak bisa sama.
Dalam komposisi tersebut, ia berusaha meminimalisasi alat musik gamelan ke
dalam orkestra. Ia memasukkan unsur gamelan tidak secara apa adanya, tetapi
lebih ke spirit dan pendekatan pada interpretasi gamelan.
Meskipun demikian, ada beberapa
bagian tertentu, Joko tidak meninggalkan karakter simfoni sebagaimana para
komponis memperlakukannya terhadap orkestra. Joko berusaha membuat komposisi
sealami mungkin dan berusaha mendekatkan dua budaya Barat dan Timur ke dalam
komposisi. (Frans Sartono)
Wayang in Symphony 2012
Media Partners
Kompas, 30 October 2012
Wayang in Symphony 2012
Konduktor
Yudianto Hinupurwadi adalah alumnus Akademi
Musik Indonesia. Pada tahun 1980 dia meneruskan pelajaran di Royal Dutch
Conservatory for Musik di Den Haag, Belanda. Sepulang dari Belanda, pada
tahun 1986 dia diangkat sebagai Konduktor tetap pada Orkes Simfoni
Jakarta. Dosen di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) pada
awal-awal didirikannya dan dosen terbang di ISI Yogyakarta selama 4 tahun, ia
juga pernah menjadi konduktor All ASEAN Radio Television Orchestra.
|
||
Komposer
- Arranger
Joko Sebastian “Lemazh” Suprayitno mendapatkan
pendidikan musik sejak tahun 1983 di Sekolah Musik Menengah (SMM) dan ISI
Yogyakarta. Sebagai musikus professional, ia memulai karir musik pada saat
bergabung dengan Indonesia Wind Orchestra Yogyakarta dan Nusantara Chamber
Orchestra. Sekarang Joko adalah arranger tetap Jakarta Philharmonic
Orchestra (JPO). Ia juga merupakan dosen tetap di Institut Seni Indonesia
(ISI) Yogyakarta.
Sutradara
Jose Rizal Manua bergabung
dengan kelompok teater Putu Wijaya, Teater Mandiri, pada tahun 1975 dan
kemudian bergabung dengan Bengkel Teater (Rendra) pada tahun 1977. Kemudian
minatnya meningkat di bidang penyutradaraan dengan mengikuti kuliah
penyutradaraan di Fakultas Teater, Institut Kesenian Jakarta. Pada tahun Jose
1986 mendirikan Bengkel Deklamasi; kemudian pada tahun 1988, Teater Tanah Air.
Jose sering kali menyutrasarai sandiwara-sandiwara kanak-kanak dan sering pula
meraih prestasi dan hadiah. Selain menulis buku, dia juga main dalam film
cerita, dan mengajar di Fakultas Teater dan Fakultas Film di Institut Kesenian
Jakarta.\
KOMPETISI
FOTO dan REMIX LAGU
Memperebutkan hadiah :
- Piala Gubernur - Tabungan Bank senilai Rp. 34,000,000 - hadiah menarik lainnya! PERSYARATAN UMUM : 1. Kompetisi terbuka untuk siapa saja yang tinggal di Indonesia 2. Peserta boleh merupakan individu atau kelompok 3. Formulir pendaftaran dapat diunduh di http://www.mediafire.com/?p6dsca8y5ps6na4 4. Peserta harus memenuhi persyaratan dan kondisi lomba 5. Peserta bukan fotografer/DJ profesional, dan tidak sedang terikat kontrak yang terkait dengan perusahaan manapun 6. Semua hasil karya foto/lagu remix yang diserahkan merupakan hasil karya asli dan belum pernah dipublikasikan, dan tidak melanggar hak cipta orang lain. 7. Batas waktu pengiriman : 17 November 2012 8. Pengiriman karya : - Lomba Foto : photography.wis@gmail.com - Lomba Remix Lagu : remix.wis@gmail.com 9. Keputusan juri adalah final dan tidak dapat diganggu gugat. 10. Hasil pemenang mendapat kesempatan untuk dipamerkan dan dapat dipublikasikan 11. Hak Cipta akan menjadi milik panitia. Panitia akan mencantumkan nama fotografer/DJ untuk setiap karya yang ditampilkan 12. Peserta yang masuk kedalam 10 besar akan diumumkan H-7 dari acara konser “Wayang in Symphony” dan setiap karya yang masuk ke dalam 10 besar akan di pamerkan di lokasi acara konser “Wayang in Symphony 13. Penganugerahan pemenang akan dilaksanakan pada pembukaan konser “Wayang in Symphony” pada tanggal 24 November 2012. 14. Finalis/10 besar akan mendapatkan tiket gratis menonton konser ‘Wayang in Symphony’. Komunikasi lain dapat ditujukan ke : Idea Marcomms : Rukan Pejaten No. 3 Jl. Pejaten Raya Jakarta 12510 Telp : 021-7986066 Email : wayanginsymphony@gmail.com
|
Kompas,
26 September 2012, page 32
Kompas, 30 October 2012
Kompas, 4 November 2012
No comments:
Post a Comment